Langsung ke konten utama

Angin

            Semua kejadian yang pernah terjadi seperti angin berhembus yang takkan mungkin kembali. Suatu ketika kurasakan angin sejuk menerpa seluruh tubuhku. Wajahku terasa sejuk, segar dan tak ingin ku lepaskan angin itu dari tubuhku. Namun, angin tidak bisa berlama-lama menemaniku, ia kemudian pergi melesat ketempat baru atau malah berkumpul dengan teman-temannya di atas awan mendiskusikan sesuatu. Beberapa saat kemudian angin kembali datang dan menerpa tubuh serta wajahku lagi. Ku pejamkan ke dua mataku, untuk menikmati lagi kesejukan yang kurindukan beberapa saat lalu. Setelah angin itu melewati wajahku ia tidak langsung pergi melainkan menatapku dan berkata “Mengapa kau tutup matamu, aku hanya melewatimu bukan menyakitimu ?”. Kubuka kedua mataku, aku menatap angin itu, bukan jawaban yang aku berikan melainkan pertanyaan, “Kau angin yang berbeda dengan angin yang sesaat lalu menerpaku dan memberikanku kesejukan. Mengapa bukan dia yang melewatiku kembali?”. Angin itu tertawa, suaranya semerdu gesekan ranting-ranting pohon yang rindang tertiup angin sepoi-sepoi, kemudian angin itu menjawab, “Bagaimana kau bisa berpikir angin yang sama akan menemuimu untuk kedua kalinya dan memberikan kesejukan yang sama?”. Aku terdiam. Angin itu melanjutkan perkataannya, “Kami memang sama-sama angin, tetapi kami tidak akan mendatangi orang atau tempat yang sama untuk memberikan kesejukan yang sama pula. Perkerjaan kami hanya melewati kalian bukan menetap dan selalu memberikan kesejukan yang sama”. Kemudian angin itu melesat pergi membawa harapanku bahwa angin yang sama akan mendatangiku kembali. Dia pergi cepat sekali, bahkan aku tidak sempat mengucapkan selamat tinggal padanya.

Komentar