Semua kejadian yang pernah terjadi
seperti angin berhembus yang takkan mungkin kembali. Suatu ketika kurasakan
angin sejuk menerpa seluruh tubuhku. Wajahku terasa sejuk, segar dan tak ingin
ku lepaskan angin itu dari tubuhku. Namun, angin tidak bisa berlama-lama
menemaniku, ia kemudian pergi melesat ketempat baru atau malah berkumpul dengan
teman-temannya di atas awan mendiskusikan sesuatu. Beberapa saat kemudian angin
kembali datang dan menerpa tubuh serta wajahku lagi. Ku pejamkan ke dua mataku,
untuk menikmati lagi kesejukan yang kurindukan beberapa saat lalu. Setelah
angin itu melewati wajahku ia tidak langsung pergi melainkan menatapku dan
berkata “Mengapa kau tutup matamu, aku hanya melewatimu bukan menyakitimu ?”.
Kubuka kedua mataku, aku menatap angin itu, bukan jawaban yang aku berikan
melainkan pertanyaan, “Kau angin yang berbeda dengan angin yang sesaat lalu
menerpaku dan memberikanku kesejukan. Mengapa bukan dia yang melewatiku
kembali?”. Angin itu tertawa, suaranya semerdu gesekan ranting-ranting
pohon yang rindang tertiup angin sepoi-sepoi, kemudian angin itu menjawab, “Bagaimana
kau bisa berpikir angin yang sama akan menemuimu untuk kedua kalinya dan memberikan
kesejukan yang sama?”. Aku terdiam. Angin itu melanjutkan perkataannya, “Kami
memang sama-sama angin, tetapi kami tidak akan mendatangi orang atau tempat
yang sama untuk memberikan kesejukan yang sama pula. Perkerjaan kami hanya
melewati kalian bukan menetap dan selalu memberikan kesejukan yang sama”. Kemudian
angin itu melesat pergi membawa harapanku bahwa angin yang sama akan
mendatangiku kembali. Dia pergi cepat sekali, bahkan aku tidak sempat
mengucapkan selamat tinggal padanya.
Komentar
Posting Komentar